Rabu, 23 November 2011

Lapangan Sekolah

Hari ini, Kamis, 6 Oktober 2011. Aku berdiri di tengah SMA Negri 1 Salatiga. Mataku memandang ke sekeliling area ini. Nampak sekitar tujuh orang pekerja sedang sibuk menggarap lapangan. Dua orang diantaranya sedang menanam rumput. Seorang yang memakai topi sedang menyiram rumput bersama seorang yang lain dengan selang panjang warna hijau. Di salah satu sisi lapangan, ada seorang pekerja berkaus merah sedang meratakan pasir. Tiga orang pekerja lainnya sedang mengerjakan tiang bendera yang baru di salah satu sisi lapangan yang lainnya. Lapangan  berukuran lima puluh kali dua puluh meter persegi. Ukuran yang bisa dibilang cukup unuk sebuah lapangan sekolahan. Di tengah lapangan, tampak tali rafia  berwarna biru, hitam, putih dan merah muda yang tertali rapi membagi lapangan menjadi petak-petak kecil. Lapangan yang dulunya terlihat tandus dan gersang, kini sedang dalam proses pembangunan.   Sekarang lapangan ini beralaskan pasir dan ditanami rumput. Walaupun baru  setengah bagian rumput yang tertanam. Kemudian pada bagian pinggir area berpasir itu ada  tanah yang mengelilingi selebar kurang lebih satu setengah meter. Di luarnya ada rumput yang lebarnya mungkin hanya tiga puluh centi meter, dan sisi terluar berupa paving yang lebarnya kira-kira setengah meter. Tetapi, ada juga sebuah variasi yang menjadi sebuah daya tarik bagiku karena dibuatnya sebuah lahan lompat jauh yang berada di salah satu sudut lapangan tersebut, dan uniknya tempat itu dibuat tepat di bawah sebuah pohon besar yang menaunginya dari panasnya terik matahari, sehingga membuatnya terkesan rindang, alami, dan nyaman.   Di kanan lapangan terdapat pohon apel yang tumbuh subur dengan duan yang lebat, tepat di belakangnya  adalah Perpustakaan Sekolah. Di samping kiri perpustakaan ada tangga untuk menuju ke lantai dua, dan di samping tangga itulah aku duduk. Di depan tangga terdapat pohan jambu biji dan jambu air. Di sudut kiri lapangan nampak pula rumput-rumput segar dan beberapa tanaman dan pohon tertata rapi. Sunguh sedap dipandang mata.   Namun,di sebelah utara lapangan. Tanah yang kering dan berdebu ditambah puing-puing bangunan dan tiga buah pohon yang telah ditebang menampakkan keadaan yang sangat bebeda. Apalagi ditambah terpaan terik matahari, tempat itu semakin terlihat panas dan membuat orang-orang enggan melintasinya. Tapi mungkin keadaannya akan berbeda setelah tersentuh oleh tangan para pekerja.

Agung Nugroho
03
X8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar